HEPATITIS
HEPATITIS
A.
DEFINISI
Hepatitis
adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan
kimia. (6)
Hepatitis
adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksik seperti, kimia
atau obat atau agen penyakit infeksi. (2)
Hepatitis
adalah keadaan radang /
cedera pada hati, sebagai reaksi pada virus, obat atau alcohol. (4)
B. ETIOLOGI
1. Virus
v Type
A
Metode
Transmisi : Fekal-oral melalui orang lain, sanitasi yang jelek, kontak antara
manusia, dibawa oleh air dan makanan
Keparahan
: Tidak inkterik dan asimtomatik
Sumber
Virus : Darah, feses, saliva
Masa
Inkubasi : 15-49 hari dengan rata-rata 3 hari ( 6 )
v Type
B
Metode
Transmisi : Parenteral seksual, Perinatal, sanitasi yang jelek, kontak antara
manusia, penderita infeksi akut
Keparahan
: Parah,
Sumber
Virus : Darah, feses, sekresi vagina, semen, saliva
Masa
Inkubasi : 26-160 hari dengan rata-rata 70-80 hari (6)
v Type
C
Metode
Transmisi : Jalur parenteral, kontak seksual, perinatal
Keparahan
: Menyebar luas dan dapat berkembang sampai kronis
Sumber
Virus : Terutama melalui darah
Masa
Inkubasi : 15-60 hari dengan rata-rata 50 hari (6)
- Type D
Metode
Transmisi : Parenteral, perinatal, melalui serum menyerang orang yang memiliki
kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita hemofili.
Keparahan
: Peningkatan insiden kronis dan gagal hepar akut
Sumber
Virus : Darah
Masa
Inkubasi : 21-140 hari dengan rata-rata 35 hari (6)
v Type
E
Metode
Transmisi : Fekal
oral, kontak antara manusia dimungkinkan meskipun resikonya rendah
Keparahan
: Peningkatan insiden kronis dan gagal hepar akut
Sumber
Virus : Darah,
feses, saliva
Masa
Inkubasi : 15-65 hari dengan rata-rata 42 hari (6)
2. Alkohol
Menyebabkan
alcohol hepatitis dan selanjutnya menjadialkohol sirois (6)
3. Obat-obatan
Menyebabkan
toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis (6)
C.
PATOFISIOLOGI
Virus
hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrate pada
hepatocytes oleh sel mononukleus. Proses ini menyebabkan degenerasi dan
nekrosis sel perenchyn hati. Respon peradangan menyebabkan pembengkakan dan
memblokir system drainage hati, sehingga
terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary)
dan empedu tidak dapat diekskresikan ke dalam kantong empedu bahkan di dalam usus,
sehingga meningkat kedalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urin sebagai
urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice.
Hepatitis
terjadi dari yang asimptomatic sampai dengan timbulnya sakit dengan gejala
ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2-3 bulan lebih
gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepatitis dengan sub-akut
dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu
yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak
menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati. (7)
D.
TANDA DAN
GEJALA
1. Fase
Inkubasi
Merupakan
waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala / ikterus. Fase ini
berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini tergantung
pada dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis
inokulum, makin pendek fase inkubasi ini. (1)
2. Fase
Prodromal (pra ikterik)
Fase
diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus.
Awitannya dapat singkat atau insidious ditandai dengan malaise umum, mialgia
atralgia, mudah lelah, gejala saluran nafas atas dan anoreksia. Mual, muntah,
dan anoreksia berhubungan dengan perubahan penghidu dan rasa kecap. Diare atau
konstipasi dapat terjadi. Serum sickness dapat muncul pada hepatitis B akut di
awal infeksi. Demam derajat rendah umunya terjadi pada hepatitis A aku. Nyeri
abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan-atas atau epigastrium,
kadang diperberat dengan aktifitas akan tetapi jarang menimbulkan kolestisitis.
(1)
3. Fase
Ikterus
Ikterus
muncul setelah lima sampai sepuluh hari tetapi dapat juga muncul bersamaan
dengan munculnya gejala. Pada banyak
kasus, fase ini tidak terdeteksi. Setelah timbul ikterus jarang terjadi
perburukan gejala podromal, tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis yang
ada. (1)
4. Fase
Konvalesen (penyembuhan)
Diawali
dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lainnya, tetapi hepatomegali dan abnormalitas
fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu
makan. Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu. Pada hepatitis A
perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi dalam 9 minggu dan 16 minggu
untuk hepatitis B.pada 5-10 % kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit
untuk ditangani, hanya kurang 1 % yang menjadi fulminan. (1)
E.
KOMPLIKASI
Ensefalopati
hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia
serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan
jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit
ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik. (2)
F.
PROGNOSIS
Prognosis pengidap kronik HBsAg sangat tergantung dari kelainan histology
yang didapatkan pada jaringan hati. Semakin lama seorang pengidap kronik
mengidap infeksi HBV maka semakin besar kemungkinan untuk menderita penyakit
hati kronik akibat infeksi HBV tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa 40 % pengidap
infeksi HBV kronik yang dapat mencapai usia dewasa akan meninggal akibat
penyakit hati akibat HBV misalnya sirosis hati dan KHP. (2)
G.
PENGARUH TERHADAP
KEHAMILAN DAN JANIN
Pada wanita hamil kemungkinan untuk
terjangkit hepa-titis virus adalah sama dengan wanita tidak hamil pada umuryang
sama.Kelainan hepar yang mempunyai hubungan langsung denganperistiwa kehamilan,
ialah :Acute fatty liver of pregnancy (Obstetric acute yellow-atrophy)
.Recurrent intra-hepatic cholestasis of pregnancy. (2)Infeksi hepatitis virus
pada kehamilan tidak berhubunganlangsung dengan peristiwa kehamilan, namun
tetap memerlu-kan penanganan khusus, mengingat penyulit-penyulit yang mungkin
timbul baik untuk ibu maupun janin. (5)
Hepar dalam Kehamilan
Pada kehamilan, hepar ternyata tidak
mengalami pembesar-an.Hal ini bertentangan dengan penelitian pada binatang
yangmenunjukkan bahwa hepar membesar pada waktu kehamilan. Bila kehamilan sudah
mencapai trimester ke III, sukar untukmelakukan palpasi pada hepar, karena
hepar tertutup olehpembesaran rahim. Oleh karena itu bila pada kehamilan
tri-mester ke III hepar dapat dengan mudah diraba, berarti sudah terdapat
kelainan-kelainan yang sangat bermakna. Perubahan-perubahan mikroskopik pada
hepar akibat keha-milan adalah tidak khas.Pengaliran darah ke dalam hepar tidak
mengalami perubahan,meskipun terjadi perubahan yang sangat menyolok pada sistem
kardio vaskuler. (2)Wanita hamil sering menunjukkan tanda-tanda mirip
adanyapenyakit-penyakit hepar, misalnya : spider naevi dan palmarerythema, yang
wajar pada kehamilan, akibat meningkatnyakadar estrogen. Semua protein serum
yang disintese dalam hepar akan mengalami perubahan pada waktu kehamilan.
Jumlah protein serummenurun sekitar 20% pada trimester II, akibat penurunan
kadar albumin secara menyolok, sedang fibrinogen justru mengalami kenaikan. (5)
Pengaruh Hepatitis Virus Pada Kehamilan dan Janin
Bila
hepatitis virus terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II maka
gejala-gejala nya akan sama dengan gejalahepatitis virus pada wanita tidak
hamil. Meskipun gejala-gejala yang timbul relatip lebih ringan dibanding dengan
gejala-gejala yang timbul pada trimester III, namun penderita hendaknya tetap
dirawat di rumah sakit.
Hepatitis virus yang terjadi pada trimester III, akan menimbulkan
gejala-gejala yang lebih berat dan penderita umumnya me-nunjukkan gejala-gejala
fulminant. Pada fase inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan
menimbulkan mortalitaslbu yang sangat tinggi, dibandingkan dengan penderita
tidakhamil. Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo tropikdisertai
kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menye-babkan penderita mudah jatuh
dalam acute hepatic necrosisTampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan
prognose. (5)
Penyelidik lain juga menyimpulkan, bahwa
berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan sangat tergantung
darikeadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi protein, ditambah
pula me-ningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan jailin,menyebabkan
infeksi hepatitis virus pada kehamilan memberi gejala-gejala yang jauh lebih
berat.Pengaruh kehamilan terhadap berat ringannya hepatitis virus,telah
diselidiki oleh ADAM, yaitu dengan cara mencari hubungan antara
perubahan-perubahan koagulasi pada kehamilan dengan beratnya gejala-gejala
hepatitis virus. Diketahuibahwa pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi
perubahan-perubahan dalam proses pembekuan darah, yaitu dengan ke-naikan
faktor-faktor pembekuan dan penurunan aktivitasfibrinolitik, sehingga pada
kehamilan mudah terjadi DIC(Disseminated Intra Vascular Coagulation). Dalam
penelitianini terbukti bahwa DIG tidak berperan dalam meningkatkanberatnya
hepatitis virus pada kehamilan.Tetapi sebaliknya, bila sudah terjadi
gejala-gejala hepatitisvirus yang fulminant, barulah DIG mempunyai
arti.Hepatitis virus pada kehamilan dapat ditularkan kepada ja-nin, baik in
utero maupun segera setelah lahir. Penularan virusini pada janin, dapat terjadi
dengan beberapa cara, yaitu :
v Melewati placenta
v Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
v Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
v Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi.
Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga
terjadi hepatitis virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin
mati pada periode neonatal. Jenis virus yang lebih banyak dilaporkan dapat
menembusplacenta, ialah virus type B. Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis
dapat menembus placenta, ialah ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin
in utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy
pada janin-janin yang mati pada periode neonatal akibat infeksi hepatitisvirus.
Hasil autopsy menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari
nekrosis sel-sel hepar sampai suatubentuk cirrhosis. Perubahan-perubahan yang
lanjut pada heparini, hanya mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi
sejak janin dalam rahim. Kelainan yang ditemukan pada hepar janin, lebih banyak
terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa penyebaran virus hepatitis
dari Ibu ke janin dapat terjadi secarahematogen.Angka kejadian penularan virus
hepatitis dari Ibu ke janinatau bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara
timbulnya infeksi pada Ibu dengan saat persalinan. Angka tertinggididapatkan,
bila infeksi hepatitis virus terjadi pada kehamilantrimester III. Meskipun pada
Ibu-Ibu yang mengalami hepatitis virus padawaktu hamil, tidak memberi
gejala-gejala icterus pada bayi-nya yang baru lahir, namun hal ini tidak
berarti bahwa bayi yang baru lahir tidak mengandung virus tersebut.Ibu hamil
yang menderita hepatitis virus B dengan gejala-gejala klinik yang jelas, akan
menimbulkan penularan pada janinnya jauh lebih besar dibandingkan dengan Ibu-Ibu
hamil yanghanya merupakan carrier tanpa gejala klinik. (5)
Dilaporkan,bahwa Ibu hamil yang mengalami hepatitis virus B,
dengangejala yang jelas, 48% dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada
Ibu-Ibu hamil yang hanya sebagai carrier Hepatitis Virus B antigen, hanya 5%
dari bayinya mengalami virusB antigenemia. Meskipun hepatitis virus, belum
jelas pengaruhnya terhadapkelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa
kelahiranprematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai hepatitisvirus B.
Adanya icterus pada Ibu hamil tidak akan menimbulkan kern-icterus pada janin.
Kem icterus terjadi akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta
dari Ibu-Ibu hamil yang mengalami hemolitik jaundice. Bila penularan hepatitis
virus pada janin terjadi pada waktupersalinan maka gejala-gejalanya baru akan
nampak dua sampai tiga bulan kemudian. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan,
bahwa hepatitisvirus pada Ibu hamil dapat menimbulkan kelainan kongenitalpada
janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari kehamilan yang disertai hepatitis
virus, tidak dijumpai perubahan-perubahan yang menyolok, hanya ditemukan
bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan virus B in utero, maka keadaan
ini tidakmemberikan kekebalan pada janin dengan kehamilan berikutnya. (5)
1. Pengaruh
dalam kehamilan
·
Terjadi abortus, partus
prematurus, dan kematian janin dalam kandungan.
·
Apakah virus ibu masuk
ke dalam tubuh janin belum dapat dipastikan (3)
2. Pengaruh
dalam persalinan dan nifas
·
Penghentian kehamilan
tidak mengubah jalannya penyakit baik dengan jalan abortus buatan, maupun
dengan induksi persalinan. (3)
·
Bila tidak ada indikasi
penyelesaian persalinan, kelahiran per vaginan diawasi dengan baik.
·
Kala II boleh
diperpendek dengan ekstraksi vakum atau forseps bila janin hidup dan embriotomi bila mati.
·
Bahaya yang paling
mengancam ibu adalah pada saat pasca persalinan, karena sering terjadi
perdarahan yang hebat dan sulit dikontrol atau hipofibrinogenemia. (3)
DAFTAR PUSTAKA
1) Sudoyo,
Aru. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI : Jakarta
2) Sulaiman,
Ali. dkk.1990. Gastroenterologi Hepatologi. CV Sagung Seto : Jakarta
3) Mochtar,
rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. EGC : Jakarta
4) Price,Sylvia.
2006. Patofisiologi.EGC : Jakarta
5) Satyanegara,
Surya. 2006. Kehamilan Apa yang Anda Hadapi Bulan per Bulan. Arcan :
Jakarta
Komentar