PLASENTA PREVIA


PLASENTA PREVIA
1.      Definisi
a.       Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir, (prae: didepan; vias: jalan). Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian osium internum. Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri.
b.      Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum.
c.       Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya subnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi seluruh atau sebagian jalan lahir.
2.      Etiologi
Belum diketahui pasti, frekuensi plasenta previa menigkat pada grade multi para. Primigravida tua. Bekas seksiosesarea, bekas aborsi, kelainan janin dan leiomioma uteri.
a.       Anamnesis: Perdarahan jalan lahir berwana merah segar tanpa rasa nyeri. Tanpa sebab terutama pada multi para.
b.      Pemeriksaan fisik
1)      Pemeriksaan luar, bagian tebawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. Ada kelainan letak jain.
2)      Pemeriksaan inspekulo, perdarahan berasal dari usteum uteri eksternum.
c.       Penentun letak plasenta secara lansung baru dikerjakan jika fasilitas lain tidak ada dan dilakukan dalam keadaan siap operasi, disebut dalam pemeriksaan dalam meja operasi(PDMO), caranya sebagai berikut:
1)      Perabaan fornik, hanya bermakna jika janin persentasi kepala. Sambil mendorong sedikit kepala janin kearah pintu atas panggul. Perlahan-lahan raba seluruh forniks dengan jari. Perabaan lunak jika antara jari dan kepala terdapat plasenta
2)      Pemeriksaan melalui kanalis servikalis, setelah pada perabaan forniks dicurigai adanya plasenta previa. Bila kanalis servikalis telah terbuka, perlahan-lahan masukan jari sekali-sekali berusaha menyusuri pinggir plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas dari inersinya. (6).
3.      Tanda dan Gejala
Gejala awal placenta previa, pada umumnya hanya berupa perdarahan bercak atau ringan dan umumnya berhenti secara spontan. Gejala tersebut, kadang-kadang terjadi pada saat bangun tidur. Tidak jarang, perdarahan pervaginam baru terjadi pada saat inpartu.

4.      Klasifikasi
Plasenta previa dibagi kedalam tiga bagian yaitu:
1)      Plasenta previa totalis: seluruh internum tertutup oleh plasenta.
2)      Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tetutup oleh plasenta.
3)      Plaseta previa marginalis: hanya pada pingir ostium terdapat jaringan plasenta. (Obsterti Patologi, Edisi 1984).

5.      Penatalaksanaan
a.       Terapi ekopektif
1)      Tujuan terapi ekopektif ialah supaya janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis. Upaya diagnosis dilakukan secara non-infansif pemantauan klinis dipantau secara ketat dan baik.
Syarat-syarat terapi ekopektif:
a)            Kehamilan preterm dan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b)            Belum ada tanda-tanda inpartu.
c)            Keadaan umum ibu cukp baik.
d)           Janin masih hidup.
2)      Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.
3)      Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui inplantasi plasenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.
4)      Berikan tokolitik jika ada kontaraksi.
a)            MgSO4 4 grm iv dosis awal dilanjutkan 4grm setiap 6 jam.
b)            Betametason 24 mg iv dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
5)      Uji pematangan paru janin dengan tes kocok(bubble tes) dan hasil amniosentesis.
6)      Bila setelah usia kehamilan diatas 24 minggu, plasenta masuh berada disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat janin.
b.      Terapi aktif
1)      Wanita hamil diatas 2 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang maturnitas janin.
2)      Untuk diagnosis plasenta previa dan menetukan cara menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan terpenuhi, lakukan PDMO jika:
a)      Infuse atau tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.
b)      Kehamilan ≥ 37 minggu (BB 2500 grm) dan inpartu.
c)      Janin telah meniggal atau terdapat anomaly kongenital mayor (misal: anensefali).
d)     Perdarahan dengan bagian bawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).
Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa adalah:
1)            Seksio sesarea
a)            Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tidak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilaksanankan.
b)            Tujuan seksio sesarea.
Ø   Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
Ø   Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan pervaginam.
c)            Lakukan perawatan lanjut paska bedah termaksud pemantauan perdarahan, infeksi dan keseimbangan cairan masuk, keluar.
6.      Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan. Anemia akibat perdarahan plasentitis, dan endometriosis. Pasca persalinan pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti aspeksia berat.


DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer A,et al. 2001. Kapita Selekta. Jakarta : Penerbit Media Aesculapius FKUI
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuba Uterina

UTERUS

Pubertas Remaja Putri