Kehamilan Remaja
Remaja merupakan bagian fase kehidupan manusia dengan
karakter khasnya yang penuh gejolak. Perkembangan emosi yang belum stabil dan
bekal hidup yang masih perlu dipupuk menjadikan remaja lebih rentan mengalami
gejolak sosial. Salah satunya adalah kenakalan remaja, pada saat ini semakin
berkembang bentuk kenakalan yang dilakukan oleh remaja. Kenakalan remaja tidak
hanya berbentuk bolos sekolah, mencuri kecil-kecilan, tidak patuh pada orang,
tetapi mengarah pada tindakan kriminal, seperti perkelahian masal antar pelajar
(tawuran) yang menyebabkan kematian, perkosaan, pembunuhan dan lain-lain.
Tingkat pengetahuan remaja di Indonesia tentang
kesehatan reproduksi masih rendah, khususnya dalam hal cara-cara melindungi
diri terhadap resiko kesehatan reproduksi. Akibat dari kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan repsoduksi
antara lain meningkatnya angka KTD (kehamilan tidak diinginkan)
pada remaja. Kehamilan remaja
ini belum dapat diterima oleh masyarakat, sehingga berusaha untuk melakukan
tindakan aborsi. Dalam upaya melakukan sering dilakukan secara tersembunyi oleh
tenaga tidak terlatih. Sehingga memicu tingginya angka aborsi, saat
ini setiap hari ada 100 remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan di luar
nikah. Untuk berapa pastinya angka aborsi di Indonesia saat ini, belum ada data yang benar-benar bisa dianggap valid. Sehingga yang dapat diketahui hanya yang melakukan aborsi kemudian mengalami komplikasi seperti perdarahan dan infeksi.
ada
dua hal yang biasa dilakukan oleh remaja jika mengalami Kehamilan Tidak
Diinginkan beserta resikonya adalah :
1. Bila
kehamilan dipertahankan
a. Resiko
fisik
Bila
kehamilan ini diteruskan dalam usia relatif muda dari sudut ilmu kebidanan
dapat menyebabkan penyulit (komplikasi), pertumbuhan janin dalam rahim yang kurang
sempurna, kehamilan dengan keracunan yang memerlukan pananganan khusus,
persalinan sering berlangsung dengan tindakan operasi, perdarahan setelah
melahirkan makin meningkat, kembalinya alat reproduksi yang terlambat setelah
persalinan, mudah terjadi infeksi setelah persalinan, pengeluaran ASI yang
tidak cukup.
Kehamilan
pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam persalinan seperti perdarahan,
bahkan bisa sampai pada kematian.
b. Resiko
psikis
Ada
kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau
menikahinya atau tidak mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kalau mereka
menikah, hal ini juga bisa mengakibatkan perkawianan bermasalah dan penuh
konflik karena sama-sama belum dewasa dan siap memikul tanggung jawab sebagai
orang tua. Selain itu, pasangan muda terutama pihak perempuan, akan dibebani
oleh berbagi perasaan yang tidak nyaman seperti dihantui rasa malu yang terus
menerus, rendah diri, bersalah atau berdosa, depresi atau tertekan, pesimis dan
lain-lain. Bila tidak ditangani dengan baik, maka perasaan-perasaan tersebut
bisa menjadi gangguan kejiwaan yang lebih parah.
c. Resiko
sosial
Berhenti
atau putus sekolah atas kemauan sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti
melahirkan. Kemungkinan lain dikeluarkan dari sekolah. Hingga saat ini masih
banyak sekolah yang tidak mentolelir siswi yang hamil. Resiko sosial yang lain,
menjadi obyek pembicaraan, kehilangan masa remaja yang seharusnya dinikmati,
dan terkena cap buruk karena melahirkan anak “di luar nikah”. Kenyataannya di
Indonesia, kelahiran anak di luar nikah masih sering menjadi beban orang tua
maupun anak yang lahir.
d. Resiko
ekonomi
Merawat
kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi/anak membutuhkan biaya besar.
2. Bila
kehamilan diakhiri
Banyak remaja memilih
untuk mengakhiri kehamilan (aborsi) bila hamil. Jika di negara maju yang
melegalkan aborsi, bisa dilakukan secara aman
oleh dokter atau bidan berpengalaman. Di negara kita lebih sering
dilakukan dengan cara tidak aman bahkan tidak lazim dan oleh dukun aborsi bisa
mengakibatkan dampak negatif secara fisik, psikis, dan sosial terutama bila
dilakukan secara tidak aman.
a. Resiko
fisik
Perdarahan
dan komplikasi lain merupakan salah satu resiko aborsi. Aborsi yang berulang
selain bisa mengakibatkan komplikasi juga bisa menyebabkan kemandulan. Aborsi
yang dilakukan secara tidak aman bisa berakibat fatal yaitu kematian.
b. Resiko
psikis
Pelaku
aborsi seringkali mengalami perasaan-perasaan takut, panik, tertekan atau
stres, trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena rasa
bersalah, atau dosa akibat aborsi bisa berlangsung lama. Selain itu pelaku
aborsi juga sering kehilangan kepercayaan diri.
c. Resiko
sosial
Ketergantungan
kepada pasangan seringkali menjadi lebih besar karena perempuan merasa tidak
perawan, pernah mengalami kehamilan tidak diinginkan atau aborsi. Selanjutnya
remaja perempuan lebih sulit menolak ajakan seksual pasangannya. Resiko lain
adalah pendidikan menjadi terputus atau masa depan terganggu.
d. Resiko
ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi
maka biaya menjadi semakin tinggi.
Komentar